KESAKSIAN ORANG TENTANG
MATI SURI
Terjemah : ”Dan
kembalilah kamu kepada Tuhan-Mu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang
azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. 39 :54)
Dia adalah : Ella Az-Zahra Aslina
adalah warga pekan baru yang mati suri 24 Agustus 2006 lalu. Gadis berusia
sekitar 25 tahun itu memberikan kesaksian saat nyawanya dicabut dan apa yang
disaksikan ruhnya saat mati suri. Sebelum Aslina memberi kesaksian, pamannya
Rustam Effendi memberikan penjelasan pembuka. Aslina berasal dari keluarga
sederhana, ia telah yatim. Sejak kecil cobaan telah datang pada dirinya. Pada
umur tujuh tahun tubuhnya terbakar api sehingga harus menjalani dua kali
operasi. Menjelang usia SMA ia termakan racun.
Tersebab itu ia menderita selama tiga
tahun. Pada umur 20 tahun ia terkena gondok (hipertiroid) . Gondok tersebut
menyebabkan beberapa kerusakan pada jantung dan matanya. Karena penyakit gondok
itu maka Jumat, 24 Agustus 2006 Aslina menjalani check-up atas gondoknya di
Rumah Sakit di jakarta. Setelah itu, Hasil pemeriksaan menyatakan penyakitnya
di ambang batas sehingga belum bisa dioperasi.. ”Kalau dioperasi maka akan
terjadi pendarahan,’ ‘ jelas Rustam. Oleh karena itu Aslina hanya diberi obat.
Namun kondisinya tetap lemah. Malamnya Aslina gelisah luar biasa, dan terpaksa
pamannya membawa Aslina kembali ke jakarta sekitar pukul 12 malam itu. Ia
dimasukkan ke unit gawat darurat (UGD), saat itu detak jantungnya dan napasnya
sesak. Lalu ia dibawa ke luar UGD masuk ke ruang perawatan. ”Aslina seperti
orang ombak (menjelang sakratulmaut). Lalu saya ajarkan kalimat thoyyibah dan
syahadat. Setelah itu dalam pandangan saya Aslina menghembuskan nafas terakhir,
” ungkapnya. Usai Rustam memberi pengantar, lalu Aslina memberikan
kesaksiaanya.
”Mati adalah pasti. Kita ini
calon-calon mayat, calon penghuni kubur,” begitu ia mengawali kesaksiaanya
setelah meminta seluruh hadirin yang memenuhi Grand Ball Room Hotel Mutiara
Merdeka Pekanbaru tersebut membacakan shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Tak
lupa ia juga menasehati jamaah untuk memantapkan iman, amal dan ketakwaan
sebelum mati datang. ”Saya telah merasakan mati,” ujar anak yatim itu. Hadirin
terpaku mendengar kesaksian itu. Sungguh, lanjutya, terlalu sakit mati itu.
Diceritakan, rasa sakit ketika nyawa
dicabut itu seperti sakitnya kulit hewan ditarik dari daging, dikoyak. Bahkan
lebih sakit lagi. ”Terasa malaikat mencabut (nyawa) dari kaki kanan saya,”
tambahnya. Di saat itu ia sempat diajarkan oleh pamannya kalimat thoyibah.
”Saat di ujung napas, saya berzikir,” ujarnya. ”Sungguh sakitnya, Pak, Bu,”
ulangnya di hadapan lebih dari 300 alumni ESQ Pekanbaru.
Diungkapkan, ketika ruhnya telah
tercabut dari jasad, ia menyaksikan di sekelilingnya ada dokter, pamannya dan
ia juga melihat jasadnya yang terbujur. Setelah itu datang dua malaikat serba
putih mengucapkan Assalammualaikum kepada ruh Aslina. ”Malaikat itu besar,
kalau memanggil, jantung rasanya mau copot, gemetar,” ujar Aslina mencerita
pengalaman matinya. Lalu malaikat itu bertanya: ‘’siapa Tuhanmu, apa agamamu,
dimana kiblatmu dan siapa nama orangtuamu.. “ Ruh Aslina menjawab semua
pertanyaan itu dengan lancar. Lalu ia dibawa ke alam barzah. ”Tak ada teman kecuali
amal,” tambah Aslina yang Ahad malam itu berpakaian serba hijau. Seperti
pengakuan pamannya,
Aslina bukan seorang pendakwah, tapi
malam itu ia tampil memberikan kesaksian bagaikan seorang muballighah. Di alam
barzah ia melihat seseorang ditemani oleh sosok yang mukanya berkudis,badan
berbulu dan mengeluarkan bau busuk. Mungkin sosok itulah adalah amal buruk dari
orang tersebut. Kemudian Aslina melanjutkan. ”Bapak, Ibu, ingatlah mati,”
sekali lagi ia mengajak hadirin untuk bertaubat dan beramal sebelum ajal
menjemput. Di alam barzah, ia melanjutkan kesaksiannya, ruh Aslina dipimpin
oleh dua orang malaikat. Saat itu ia ingin sekali berjumpa dengan ayahnya. Lalu
ia memanggil malaikat itu dengan ”Ayah”. ”Wahai ayah bisakah saya bertemu
dengan ayah saya,” tanyanya. Lalu muncullah satu sosok. Ruh Aslina tak mengenal
sosok yang berusia antara 17-20 tahun itu. Sebab ayahnya meninggal saat berusia
65 tahun.
Ternyata memang benar, sosok muda itu
adalah ayahnya. Ruh Aslina mengucapkan salam ke ayahnya dan berkata: ”Wahai
ayah, janji saya telah sampai.” Mendengar itu ayah saya saya menangis. Lalu
ayahnya berkata kepada Aslina. ”Pulanglah ke rumah, kasihan adik-adikmu. ” ruh
Aslina pun menjawab. ”Saya tak bisa pulang, karena janji telah sampai”. Usai
menceritakan dialog itu, Aslina mengingatkan kembali kepada hadirin bahwa alam
barzah dan akhirat itu benar-benar ada. ”Alam barzah, akhirat, surga dan neraka
itu betul ada. Akhirat adalah kekal,” ujarnya bak seorang pendakwah.
Setelah dialog antara ruh Aslina dan
ayahnya. Ayahnya tersebut menunduk. Lalu dua malaikat memimpinnya kembali, ia
bertemu dengan perempuan yang beramal shaleh yang mukanya bercahaya dan wangi.
Lalu ruh Aslina dibawa kursi yang empuk dan didudukkan di kursi tersebut,
disebelahnya terdapat seorang perempuan yang menutup aurat, wajahnya cantik.
Ruh Aslina bertanya kepada perempuan itu. ”Siapa kamu?” lalu perempuan itu
menjawab.”Akula h (amal) kamu.” Selanjutnya ia dibawa bersama dua malaikat dan
amalnya berjalan menelurusi lorong waktu melihat penderitaan manusia yang
disiksa.
Di sana ia melihat seorang laki-laki
yang memikul besi yang sangat berat, tangannya dirantai ke bahu, pakaiannya
koyak-koyak dan baunya menjijikkan. Ruh Aslina bertanya kepada amalnya. ”Siapa
manusia ini?” Amal Aslina menjawab orang tersebut ketika hidupnya suka membunuh
orang. Lalu dilihatnya orang yang yang kulit dan dagingnya lepas. Ruh Aslina
bertanya lagi ke amalnya tentang orang tersebut. Amalnya mengatakan bahwa
manusia tersebut tidak pernah shalat.
Selanjutnya tampak pula oleh ruh
Aslina manusia yang dihujamkan besi ke tubuhnya. Ternyata orang itu adalah
manusia yang suka berzina. Tampak juga orang saling bunuh, manusia itu ketika
hidup suka bertengkar dan mengancam orang lain. Dilihatkan juga pada ruh
Aslina, orang yang ditusuk dengan 80 tusukan, setiap tusukan terdapat 80 mata
pisau yang tembus ke dadanya, lalu berlumuran darah, orang tersebut menjerit dan
tidak ada yang menolongnya.
Ruh Aslina bertanya pada amalnya. Dan
dijawab orang tersebut adalah orang juga suka membunuh. Ada pula orang yang
dihempaskan ke tanah lalu dibunuh. Orang tersebut adalah anak yang durhaka dan
tidak mau memelihara orang tuanya ketika di dunia. Perjalanan menelusuri lorong
waktu terus berlanjut. Sampailah ruh Aslina di malam yang gelap, kelam dan
sangat pekat sehingga dua malaikat dan amalnya yang ada disisinya tak tampak.
Tiba-tiba muncul suara orang mengucap
: Subhanallah, Alhamdulillah dan Allahu Akbar. Tiba-tiba ada yang mengalungkan
sesuatu di lehernya. Kalungan itu ternyata tasbih yang memiliki biji 99 butir.
Perjalanan berlanjut. Ia nampak tepak tembaga yang sisi-sisinya mengeluarkan
cahaya, di belakang tepak itu terdapat gambar kakbah. Di dalam tepak terdapat
batangan emas. Ruh Aslina bertanya pada amalnya tentang tepak itu. Amalnya menjawab
tepak tersebut adalah husnul khatimah. (Husnul khatimah secara literlek berarti
akhir yang baik. Yakni keadaan dimana manusia pada akhir hayatnya dalam keadaan
(berbuat) baik,red).
Selanjutnya ruh Aslina mendengarkan
adzan seperti adzan di Mekkah. Ia pun mengatakan kepada amalnya.”Saya mau
shalat.” Lalu dua malaikat yang memimpinnya melepaskan tangan ruh Aslina. ”Saya
pun bertayamum, saya shalat seperti orang-orang di dunia shalat,” ungkap
Aslina. Selanjutnya ia kembali dipimpin untuk melihat Masjid Nabawi. Lalu
diperlihatkan pula kepada ruh Aslina, makam Nabi Muhammad SAW. Dimakam tersebut
batangan-batang an emas di dalam tepak ”husnul khatimah” itu mengeluarkan
cahaya terang. Berikutnya ia melihat cahaya seperti matahari tapi agak kecil.
Cahaya itu pun bicara kepada ruh Aslina. ”Tolong kau sampaikan kepada umat, untuk
bersujud di hadapan Allah.”
Selanjutnya ruh Aslina menyaksikan
miliaran manusia dari berbagai abad berkumpul di satu lapangan yang sangat
luas. Ruh Aslina hanya berjarak sekitar lima meter dari kumpulan manusia itu.
Kumpulan manusia itu berkata. ”Cepatlah kiamat, aku tak tahan lagi di sini Ya
Allah.” Manusia-manusia itu juga memohon.”Tolong kembalikan aku ke dunia, aku
mau beramal.” Begitulah di antara cerita Aslina terhadap apa yang dilihat
ruhnya saat ia mati suri. Dalam kesaksiaannya ia senantiasa mengajak hadirin
yang datang pada pertemuan alumni ESQ itu untuk bertaubat dan beramal shaleh
serta tidak melanggar aturan Allah. ”Apa yang disampaikan Aslina, mungkin bukti
yang ditunjukkan Allah kepada kita semua, ” ujarnya.
Menanggapi kesaksian Aslina yang
melihat orang-orang berteriak ingin dikembalikan ke dunia dan ingin beramal
serta penelitian Raymond yang menyebutkan ”aku ingin agar aku dapat kembali dan
membatalkan semuanya,” Legisan mengutip ayat Al-Quran Surat Al-Mu’muninun (23)
ayat 99-100: Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia
berkata:”Ya, Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia).”(99) . Agar aku berbuat amal
yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya
itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding
sampai hari mereka dibangkitkan. (100). Sebagai penguat dalil agar manusia
bertaubat, dikutipkan juga Quran Surat Az-Zumar (39) ayat 54 : ”Dan kembalilah
kamu kepada Tuhan-Mu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab
kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” Setelah berpidato, aslina
mendapatkan tepukan meriah dari penonton tapi bila di facebook, ia dapatkan
jempol sekarang.
Sumber :
media.ikhram.com
Testimoni penulis :
Dari kisah dan pengalaman yang dialami oleh saudari kita
sesama muslim, semoga ada hikmah yang bisa dipetik oleh kita sebagai umat Islam
di dunia. Kematian tidak mengenal waktu dan kepada siapa pun kematian dapat datang.
Tidak mengenal sebearapa tinggi jabatan, kedudukan, gelar, ataupun umur
seseorang. Percaya atau tidak, setiap muslim harus meyakini bahwa akan ada
kehidupan yang kekal di akhirat nanti setelah kita hidup di dunia. Semoga momen
ramadhan ini dapat menjadi refleksi diri bagi kita untuk menjadi Hamba Allah
yang lebih baik dari sebelumnya, karena di bulan yang suci ini Allah membukakan
pintu maaf yang sebesar-besarnya dan juga pahala yang berlipat ganda bagi
hamba-Nya yang bertaqwa. Jadikanlah dunia sebagai ladang untuk kita
mengumpulkan amal-amalan shaleh sebanyak mungkin.
“Dan Allah sekali-kali
tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu
kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan” (QS 63 : 11)
No comments:
Post a Comment