Pages

Monday 5 October 2015

The Minus ONE

5 Oktober 2015 bisa dikatakan tanggal  kesekian dari beberapa tanggal yang sudah pernah dilalui, yg begitu berat saya jalani
Saat dimana saya mencapai titik dimana saya sadar akan kekurangan saya dan sadar akan keinginan fiktif saya yg gak akan pernah mungkin saya dapatkan
Mungkin sebenarnya, tapi mungkin cuma berpeluang 0,001
Jalan psikolog pun sudah ditempuh, cuma beberapa kali pertemuan,
Well, actually i can't handle this problem bymyself
Sakit, iya sakit banget.
Bagi yang baca, mungkin kata-kata "sakit banget" terkesan berlebihan dan "apa sih" , atau "baper"
Mulai detik ini, bagi siapapun yg menjudge saya dengan kata-kata "baper" atau apapun yg arahnya ke perasaan , pikirkan lagi baik-baik
Saya sadar saya lelaki yg sudah rahasia umum bahwa lelaki mengambil keputusan dan mayoritas mnggunakan seluruh logikanya utk menjalankan hidup
Bukan berarti gak menyisakan sama sekali space kosong untuk memikirkan yg namanya "perasaan".
Saya sadari sepenuhnya , hampir semua aktivitas yg saya jalani dominan saya gunakan logika dan nalar saya, sampai pendamping saya pernah merasakan sakitnya karena saya terlalu menggunakan logika saya untuk diterapkan ke seluruh aspek dlm hidup.
Kejadian yg saya alami, mungkin mengandung unsur karma, dari ketidakpekaan dan kecuekan yg saya pernah secara tidak sadar saya lakukan dlm membina hubungan dgn kekasih saya.
Ingin memiliki seorang kakak? Konyol mungkin terdengar oleh org lain untuk seorang berumur 22 tahun 11 bulan seperti saya.
Saya coba keep sendiri dan telan sakit yg saya alami.
Saya sudah pernah ceritakan hal ini pada kekasih dan teman-teman, dosen bahkan psikolog sekali pun.
Saya pikir pertemuan dgn psikolog sudah cukup krna memang menggunakan jasa psikolog itu bukan perkara mudah dan murah. Saya hrus meluangkan waktu dan merogok kocek saya.
Sekali lagi, sakit.
Bukan di fisik, tapi di batin dan pikiran.
Saya harus tetap bersyukur krna Allah menganugerahi saya dengan penyakit kejiwaan seperti ini.
Saya rasa berceritera dengan orang lain sudah hampir tidak memberikan peluang untuk saya bisa menjalani hidup dengan normal.
Bercerita kepada Allah Swt. sudah saya lakukan, namun manusia memang punya keterbatasan.
Sekali lagi, sakit.
Terkadang otak berpikir, apa ini efek jangka panjang seorang anak tunggal yang broken home?
Saya selalu berusaha untuk berprestasi, melakukan hal positif.
Tapi saya tidak bisa menampik bahwa hal ini benar-benar mengganggu saya dan membuat progress saya dalam hal apapun menjadi "sluggish"
Kadang saya membenci diri saya sendiri , dan saya malu untuk mengais kasih dari teman yang saya benar-benar inginkan dia menjadi sosok kakak untuk saya.
Saya butuh waktu yang lama untuk menetralisir keadaan, pikiran, jiwa dan batin.
Saya gak bisa membohongi diri saya bahwa INI semua menghambat saya, mengganggu saya.
Saya salah, saya sadar saya salah. Kembali merefleksi diri, saya salah.
Saya menginginkan hal fiktif yang tidak akan pernah terwujud.

The Minus One.

No comments:

Post a Comment